Nge-bike sehari (part I)


Waktu masih menunjukkan pukul 06.48 saat saya dan seorang sepupu saya memeriksa seluruh bagian sepeda. Kami pastikan semua bagian dalam keadaan baik, mulai dari shockbreaker,pedal, sampai kondisi gear depan dan belakang, tak lupa helm untuk standar keselematan. Setelah semua dipastikan dalam keadaan siap untuk perjalanan jauh, giliran stamina sang penunggang yang disiapkan. Seteguk susu kambing yang terhidang di meja makan siap menjadi bahan bakar kami paling tidak sampai siang nanti. Tepat pukul 07.00 kami bergegas meninggalkan rumah.
aku narsis maka aku ada


Keluar dari komplek perumahan kami disambut kemacetan yang luar biasa. Bersepeda diawal pekan memang bukan ide yang bagus, apalagi saat lebih dari separuh penduduk kota mulai beraktifitas. Tapi pagi itu kami nekat menerobos kemaceten kota Bandung. Udara segar yang tadi pagi kami hirup kini berganti kepul polusi dan bising deru mesin. Lepas dari kemacetan di satu jalan, kemacetan lain sudah mengahadang begitu seterusanya selama kurang lebih setengah jam kami berjalan. Akhirnya tepat didepan Trans studio Bandung kayuhan kami benar-benar terhenti. Didepan wahana permainan yang mirip dunia Fantasi tersebut terlihat beberapa petugas Cleaning service sedang membersihkan sampah yang berserakan. Maklum malam sebelumnya baru saja dilaksanakan soft opening
 
Setelah sekitar 15 menit, kemacetan baru benar-benar bisa terurai. Lepas dari kemacetan, kami lanjutkan kayuhan kami . Kota yang pernah ludes terbakar dalam peristiwa Bandung lautan api ini memang bisa dibilang sebagai salah satu kiblat mode di Indonesia. Sepanjang jalan kami disuguhi pemandangan kafe dan Factory outlet pantas rasanya bandung dijuluki paris van java. Selain dimanjakan tata kota yang asri, kami dan para pengendara sepeda lain juga dimanjakan dengan adanya jalur khusus pesepeda. Fasilitas ini benar-benar dimanfaatkan oleh para penduduk, tak jarang kami juga bertemu dengan pekerja kantor yang berangkat menggunakan sepeda, mereka punya jargon “bike to work”. Pemandangan ini tentu masih jarang terlihat di kota-kota lain. Bahkan dalam menggalakkan wacana Go Green, Bandung lebih unggul satu langkah daripada ibukota. Jika di Jakarta car free day hanya satu bulan sekali, bandung berani melaksanakannya tiap minggu.

Tak lama mengayuh, kami sampai pada tujuan pertama yaitu Gedung Sate. Gedung yang juga dibuat ngantor Gubernur jawa barat tersebut bisa dibilang sebagai salah satu landmark kota kembang. Tak salah jika kebanyakan orang yang sambang ke bandung pasti mengabadikan gambar mereka di depan gedung yang di ujung atapnya berbentuk seperti sate tersebut.
















Terik matahari mulai terasa, namun pemandangan bandung masih terlalu luas untuk di disia-siakan begitu saja. Selain pemandangan kota yang megah, seperti kota-kota lainnya di Indonesia Bandung juga memiliki permasalahan tata kota, yaitu pemukiman padat penduduk yang kumuh. Setelah melintasi Fly Over pasupati yang terkenal itu kami mencoba menyusuri pemukiman padat penduduk di bawah jembatan tersebut. Seperti dugaan kami sebelumnya, kami disuguhi jajaran rumah penduduk yang berdesak-desakan. Gang-gang sempi yang kami susuri terlihat sangat kumuh, padahal tepat diatas pemukiman tersebut berdiri megah pusat perbelanjaan yang sangat terkenal.
mejeng sebentar di fly over pasupati


Keringat mulai bercucuran hampir tiga jam sudah kami menunggangi sepeda, suara perut mulai memanggil kami untuk beristirahat sejenak. Setelah mengitari komplek kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) kami putuskan mengisi perut sejenak. Semangkok bubur ayam dan segelas susu sapi murni terhidang di hadapan kami. Sambil menikmati sarapan pagi, kami mengamati hilir mudik mahasiswa ITB. Namun ada yang unik disini, didepan kampus tersebut terlihat beberapa orang menawarkan jasa tunggang kuda. Mereka menawarkan jasa tunggang kuda untuk berkeliling komplek kampus.
depan kampus ITB

kalo yang ini UNPAD


Setelah puas menyantap sarapan, kami lanjutkan perjalanan kami menuju tujuan selanjutnya yaitu daerah Dago. Namun sebelum melanjutkan perjalanan ke dago, kami sempatkan dulu berkeliling di areal kampus Universitas Padjajaran (UNPAD). Kampus yang letaknya bersebelahan dengan ITB tersebut tampak lengang hanya beberapa mahasiswa yang tampak lalu lalang. UNPAD sendiri sekarang memiliki dua kampus selain di daerah Jln. Dipati Ukur bandung, Perguruan tinggi yang memiliki Fakultas Ilmu Komunikasi terbaik di Indonesia tersebut juga memiliki kampus baru yang lebih luas di daerah Jatinangor Kabupaten Sumedang.

Reply to this post

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Followers