testimoni buat pegiat PersMa
“Gimana kabar Pers-mu??sebenarnya kita dari UKM-UKM lain sering memperhatikan sepak terjang kalian, kok Pers UB kayaknya gak ada gregetnya. Ibaratnya hidup enggan mati tak mau”
(seorang teman UKM lain dalam sebuah perbincangan di siang hari)
Saya tidak tahu pasti apa yang anda rasakan jika pernyataan tersebut terlontar di hadapan anda secara langsung. Tapi yang jelas saat saya sedang memulai tulisan ini pernyataan teman tadi masih terngiang di benak saya, bahkan lama-kelamanan menerka nalar pikir saya. Pendapatnya jelas bukan tanpa dasar, jika dasarnya adalah tingkat produktivitas rasanya kita harus menerimanya sabagai sebuah lecutan yang positif. Sebab seperti kita tahu dan kita sadari sendiri memang beberapa tahun terakhir kita (kavling10) memang sedang mandul. Para “pemerhati” akan coba memabandingkan dengan apa yang bisa dihasilkan oleh pendahulu-pendahulu kita. Itulah kenapa kejayaan masa lalu sering menjadi beban tersendiri bagi kita. Namun jika pendapat tersebut didasarkan hipotesis bahwa kita (pegiat persma.red) sedang tidak berproses saya kira pendapat tersebut hanya pepesan kosong.
Diakui atau tidak bahwa kondisi pers mahasiswa secara umum saat ini mengalami apa yang disebut sebagai krisis eksistensi. Arah perjuangan pers mahsiswa sekarang memang sudah jauh berbeda dengan Pers Mahasiswa pada beberapa decade sebelum kita. Arah perjuangan Pers mahasiswa pada masa lalu memang masih cukup jelas. Kondisi pada era sebelum reformasi memang memungkinkan terbentuknya semacam koalisi pelangi akibat adanya musuh bersama bernama orde baru. Lantas sekarang setelah orde baru berhasil digulingkan, bagaimana langkah pers mahasiswa selanjutnya??apakah ketika sebuah cita-cita sudah bisa direngkuh lantas perjuangan sudah selesai???tentu saja tidak, beban mempertahankan sesuatu yang sudah diraih pastinya lebih berat. Walaupun saat ini sepak terjang Pers Mahasiswa lebih dititikberatkan di dalam kampus, namun tugas untuk mengawal jalannya demokrasi secara keseluruhan juga mutlak diemban.
Hingga akhirnya saya mulai mengakhiri tulisan ini perkataan teman saya tadi tetap terngiang sebagai sebuah suara sumbang yang tetap harus diperdengarkan. Dan muncul sebuah pertanyaan besar, apakah memang benar bahwa pers mahasiswa saat ini sudah kehilangan arah perjuangannya??dan ataukah benar bahwa pers mahasiswa saat ini hanya berkutat sebatas media aktualisasi diri bagi para anggotanya serta telah jauh dari fungsi pers sebagai salah satu watchdog bagi kondisi social yang ada disekitarnya??hanya anda yang tahu….
Salam Persma!!!!!
Reply to this post
Posting Komentar