| No comment yet

Resenssi Film "the Lorax"



“Hingga pohon terakhir tumbang, barulah manusia akan sadar bahwa mereka tidak bisa memakan uang”

            Ungkapan itulah mungkin yang dapat menggambarkan sisi tamak manusia dalam mengeksploitasi alam. Tak jarang demi memperbanyak pundi-pundi kekayaan, mereka lupa akan kelestarian alam itu sendiri. Setidaknya hal itu pula yang tergambar pada film animasi garapan Chris Renaud yang berjudul The Lorax. Film yang diangkat dari buku cerita anak-anak tersebut sarat akan pesan moral, utamanya mengenai pentingnya menjaga lingkungan.
Film tersebut mengisahkan tentang kehidupan di suatu kota yang bernama Thneed-Ville, kota yang bertembok tinggi dan terpisah dari kota-kota lainnya tersebut dikendalikan oleh perusahaan bernama O-Hare Segala sesuatu yang berada di kota tersebut mulai dari rumah hingga pohon terbuat dari plastik, bahkan penanaman pohon di kota tersebut dilarang keras olehnya. Ketidakadaan pohon memaksa warga kota untuk membeli udara segar layaknya membeli air mineral. Selain itu O-Hare juga mampu mendoktrin warga setempat bahwa keadaan tersebut adalah keadaan terbaik dan tak perlu dirubah.Hal tersebut memang sengaja dikondisikan oleh  seorang sebab dengan begitu dia bisa memonopoli perdagangan udara segar.
Hingga suatu hari salah satu anak kecil di kota tersebut yag bernama Tedd Wigginss (Zac-Efron) mulai merasa janggal terhadap kondisi kotanya. Selain rasa penasaran, keinginan Ted tersebut juga didasari oleh obsesi Audrey (Taylor Swift) -yang juga pujaan hatinya- untuk memiliki pohon asli bukan replika seperti apa yang ada di kota mereka saat ini. Rasa penasaran tersebut akhirnya mempertemukan Ted dengan Once-Ler (Ed Helms), dari cerita Once-Ler Ted kemudian mengetahui tentang sesosok makhluk bernama The Lorax (Danny DeVito) yang konon bertekad melindungi alam ini dari kerusakan. Sayang usaha The Lorax gagal karena ulah Once-Ler, harapan satu-satunya adalah dengan menanam kembali pohon tersebut menggunakan benih terakhir yang tersisa.
            Film yang berdurasi 1,5 jam ini hampir serupa dengan beberapa film-fim  animasi sebelumnya yang mengangkat tema lingkungan seperti Wall-e ataupun Battle for Terra. film-film tersebut umumnya menampilkan karakter utama seorang anak-anak. Pesan moralnya memang tersampaikan, namun ending filmnya cenderung mudah ditebak.
Genre
:
Animasi
Tanggal Rilis
:
2 Maret 2012
Sutradara
:
Chris Renaud
Pemain
:
Danny DeVito, Zac Efron, Taylor Swift, Ed Helms, Rob Riggle, Betty White, Jenny Slate
Naskah
:
Ken Daurio, Cinco Paul
Produser
:
Chris Meledandri, John Cohen, Janet Healy
Distributor
:
Universal Pictures
Situs Resmi
:

| 34 comments

Membuat Daftar Isi Secara Otomatis Pada Ms.Word 2007

Jumpa lagi dengan tutorial saya yang kesekian ketiga kalinya, jika sebelumnya saya mengunggah tutorial mengenai cara membuat textwrapping pada adobe indesign dan membuat running text pada power point, di kesempatan yang mulia ini saya kembali bersua dengan para pembaca yang budiman dengan tutorial mengenai cara membuat daftar isi secara otomatis.
Tutorial ini sendiri terlatar belakangi karena pada suatu hari agan (sapaan mesra sang karyawan terhadap pak bos yang super menyebalkan) memberikan tugas menyusun daftar isi sebuah buku kepada saya. Buku tersebut tebalnya hampir 400 halaman, yang paling membuat pusing adalah deadline yang diberikan juga serba mepet. Akhirnya teori the power of kepepet pun benar-benar saya gunakan saat itu. Setelah berpikir keras dan membaca berbagai literature, akhirnya dedline tersebut bisa saya penuhi. Penyusunan daftar isi secara otomatis juga biasanya dibutuhkan oleh anda yang sedang menyusun skripsi atau laporan lainnya yang jumlah halamannya lumayan banyak.
Mungkin jika jumlah halaman tidak begitu banyak kita bisa menggunakan metode “tab”, tapi lain lagi ceritanya jika halaman yang harus disusun daftar isinya adalah 100 halaman atau lebih. Bisa dipastikan jika kita masih menggunakan metode tersebut, keesokan harinya kita akan mencari tempat rebonding jari. Jari kita bisa keriting mamen!!!!!. Oke kita langsung saja ke Te Ka Pe…..
| No comment yet

Suatu Pagi di Tanggal 24


Jarum pendek jam belum lama beranjak dari angka delapan saat kupastikan bahwa kemejaku sudah rapi dengan setelan Almamater dan celana hitam. Sepatu kulit yang baru kubeli beberapa bulan lalu sedikit ku poles, sekedar menghilangkan debu-debu yang menempel.
“mau kau apakan aku?”
“mau ku pakai”
“untuk apa?”
“berangkat ujian, aku sudah empat tahun lamanya menantikan saat-saat ini”
“ah aku ndak sudi, kau yakin setelah itu aku tak kau gunakan untuk mondar-mandir dalam keputusasaan mencari kerja?”
“ah diam kau, biarlah hal tersebut menjadi urusanku dengan tuhanku”
Sepatu tersebut kini pun sudah rapi membalut kakiku. Langkah kaki terasa berat pagi itu, betapa tidak, hari itu merupakan hari pertaruhan masa studiku selama empat tahun. Tak lama kupanasi motorku, kemudian kusempatkan berpamitan dengan bu kos sebelum aku benar-benar berangkat pagi itu.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Followers