Oleh-Oleh Buat Liburan (was tagged on FB)
Sebelumnya saya mengucapkan selamat liburan kepada teman-teman sekalian, paling tidak selama satu bulan ke depan kita terbebas dari belenggu rutinitas perkuliahan.
Temen-temenku senasib-sepengangguran, enam SKS sekali lagi harus kita lahap mentah-mentah pada semester ini. Atas nama tercapainya kompetensi kita harus patuh pada sistem baru yang menyajikan menu mata kuliah enam SKS. Andai saya bertanya apa yang anda dapatkan dari mata kuliah 6 sks ???saya yakin teman-teman yang merasa senasib-sepengangguran dengan saya bakal satu suara kalau saya bilang prosentase materi yang bisa kita cerna tak lebih dari 50%, selebihnya adalah keluh dan capek.
Sedikit menyinggung masalah nilai yang tertera di KHS kita semester lalu. Beberapa teman merasa “tertolong” dengan mata kuliah 6 SKS. Sebab nilai mereka naik drastis, namun sebaliknya beberapa teman harus merasakan nilainya terjun bebas lantaran 2x6 SKSnya tidak sesuai harapan. Padahal nilai mata kuliah lain cukup memuaskan, artinya apa?. Nilai mata kuliah lain serasa kurang atau malah tidak berarti, dengan demikian hal ini bisa dikatakan semacam perjudian akademik. Menurut anda apakah ketika kelak PB atau PMDA kita mendapat nilai A (amiiin) adalah sebuah kesuksesan?. Kalau saya berkata sebaliknya, hasil atau nilai yang kita peroleh belum mewakili kompetensi kita. Jadi bisa dikatakan nilai yang diberikan bapak ibu dosen tersebut adalah atas dasar kemanusiaan semata. Sebab bapak ibu dosen juga pernah merasakan jadi mahasiswa dan pastinya tak akan bisa membayangkan andai mata kuliah berbobot enam SKS dapat C (na’udzubillah) maka hasil di KHS kita akan terbagi habis. Tapi ya sudahlah...toh banyak yang bilang kalau nilai ga’ lebih dari rekayasa pena.
Lantas bagaimana bapak ibu dosen berpendapat??Dalam salah satu perkuliahan saya masih ingat seorang dosen berkata bahwa untuk mematangkan sistem baru ini paling tidak dibutuhkan waktu lima tahun. Pendek kata, kita (angkatan 2008 red.)selama kuliah di “kampuse pak yogi” ini hanya akan menjadi objek percobaan.
Hampir mirip dengan pak dosen, dalam salah satu kesempatan bincang-bincang dengan bapak Dekan. Beliau mengungkapkan walaupun masih jauh dari realisasi ternyata saat ini FP sedang menjajaki wacana baru bernama “sister faculty”. Sistem ini memungkinkan mahasiswa menyelesaikan sisa SKS nya di luar negri. Pihak fakultas akan bekerjasama dengan universitas luar negri, namun sebelum benar-benar mengadakan kerjasama akan ada semacam penyetaraan dengan perguruan tinggi luar negri tersebut. Salah satu upayanya adalah pemberlakuan sistem enam SKS. Intinya sistem enam SKS hanya BAB PENDAHULUAN, sebab jika sistem ini sudah berjalan baik nantinya akan ada mata kuliah 10sks!!!!! sebab di luar negeri sono sistem SKS seperti itu sudah biasa (Mudah-mudahan pak sumeru sudah lupa, soale saya ketemu pak sumeru sudah sekitar enam bulan lalu). Mudah-mudahan juga wacana itu hanya akan bergulir paling tidak hingga kita benar-benar keluar (baca:keluar dengan wisuda bukan keluar gara-gara DO) dari UB.
Oke...itu tadi celotehan saya...Saya juga tidak mau kalau tulisan saya ini disebut kritik tanpa solusi, yah intinya sih buat bapak-bapak-ibu pembuat kebijakan di FP alangkah lebih baik lagi kalau lebih sering-sering mengadakan sesi dengar pendapat dengan teman-teman mahasiswa.
Oh iya satu lagi, buat teman-teman yang kurang setuju dengan tulisan saya, saya minta maaf saya hanya pengin sedikit bersuara.....tidak ingin hanya berdiam diri dalam gelap dan tenggelam dalam tumpukan laporan praktikum. Selamat berlibur....selamat menantikan munculnya nilai di SIAM dan tentunya...
“selama manusia belum doyan makan baut, TANI tetep JOYO!”...hehe
Suwun.....
Reply to this post
Posting Komentar